Awal Desember 2010, pas sampe rumah.
Mama: “La, maumi nikah itu kiki”
Dila: “oo..” Anggap angin lalu. Ingat tahun lalu pernah dengar berita yg sama soalnya.
Kamis, 16 Desember 2010, 6:15 wita
Mama: ketuk pintu “La, bangun nak.. nacariko kiki di luar”
Dila: “iye’”
Masih baring di tempat tidur. Sebenarnya Dila tidak percaya. Dila pikir ini cara baru mamanya untuk membangunkannya, mengingat beberapa hari belakangan Dila punya hobi baru: Tidur lagi setelah subuhan + terlambat masuk kantor.
Antara setengah sadar, masih dengan daster, tanpa cuci muka langsung menuju ruang tamu.
PANIK! Di ruang tamu sudah ada kiki dan tante (panggilan buat mamanya kiki). Langsung lari masuk, cuci muka + sisiran.
Keluar lagi. Duduk di samping kiki.
Tante: “pagi-pagi mami ki’ ini kesini.. ka kalo bukan pagi, ndak taumi jam berapa bisa ketemu”
Dila (dalam hati): “kan bisa telpon ato sms dulu tante” ya sudahlah..
Kiki: nyiduk lengan Dila “datangki’ nanti nah”
Dila: “sama kak Aswar?”
Kiki: nunduk, sepertinya malu “iya..”
Dan Dila dan Kiki pun melanjutkan obrolan mereka, dan membiarkan Mama dan Tante ngobrol sendiri.
Hari itu, Dila terlambat ke kantor *lagi*. Pertama kalinya telat dengan alasan yang cukup jelas.
Jumat, 17 Desember 2010
Jam 8:30 malam Dila ke rumah Kiki, ngobrol, bungkus ini itu. Happy lah pokoknya.. Sampai jam 10.
Hari-H. Sabtu, 18 Desember 2010
Rencananya: 10:00 wita, akad nikah. 12:00 wita, Resepsi pernikahan.
Lokasi: Gedung X
Masih dengan hobi yang sama, sehabis subuhan Dila tidur lagi.
(9:05 wita)
Bapak: masuk kamar “dil, ndak mau kah ikut? Sudah setengah sepuluhmi”
Dila: PANIK! Refleks bangun cari jam. LEGA! “ Baru jam 9” APPAAAAAA??
Mari kita langkahi bagian panik ini. Dengan berbagai aral merintang, akhirnya jam 10:30 wita Dila dan Bapaknya tiba di gedung X. Mama harus ngajar, makanya ga bisa ikut. Aul si bontot, ada ujian di SDnya, Yuyuk, Wowok dan Dedi, sibuk *katanya*
Sampai di depan gedung. Bapak langsung menuju ke Om Ruslan (bapaknya Kiki). Dila disambut Tante, langsung diarahkan ke back stage (diantar sama Ikki, ponakannya Kiki umur 7 tahun).
Dan Dila pun terus menemani Kiki, menghadapi berbagai halangan dan rintangan yang menghadang. Hahaha.. Lebay. Rintangannya sebenarnya kecil-kecil. Tapi entah kenapa, jadinya malah bikin si calon mempelai sangat panik. Sampai-sampai tangannya dingin. Walau sedikit, perasaan Kiki menular ke Dila. Tapi Dila harus tenang. Jangan sampai Kiki makin panik.
Well, calon mempelai pria datang telat. Wajar saja Kiki panik di bagian ini. Hahaha.. Di sisi lain, Dila bersyukur dengan keterlambatan calon mempelai pria. Hahaha *seriusan senang, secara Dila juga telat*
Banyak keanehan dan kelucuan yang di langkahi. Kepanjangan kalo mau diceritakan semuanya.
Dari backstage, samar-samar terdengar suara Bapak Imam yang menuntun calon mempelai pria mengucapkan ijab Kabul. Wajah Kiki tegang. Dila memegang tangan Kiki. Dingin, iya.. itu rasanya. Dilapun ikutan tegang. Sampai akhirnya terdengar suara calon mempelai melanjutkan suara Bapak Imam.
“Saya terima Nikahnya Rezky Ayu binti Ruslan Kadir, bla bla bla… “
Tangan Dila diremas keras oleh Kiki. Mereka berdua tegang. Satu kali saja. Dan terdengar suara suara. “sah” “sah”. Alhamdulillahirabbil alamin.. Dila nangis, ternyata Kiki nangisnya lebih seru. Hahaha..
Dila: “sudah sudah.. hati-hati make-up mu” Elus-elus bahu Kiki, sambil terus nangis.
Kiki: “kamu juga, janganmi nagis padeng”
Tatap-tatapan sejenak, dan tawapun meledak di antara mereka. Keduanya ditatap aneh oleh tetua-tetua yang ada di sekitar situ. Saling tatap lagi, “mari abaikan mereka”. Kira-kira begitu maksud tatapan barusan. Kemudian lanjut ketawa lagi. Hihi.. Keduanya mulai autis.
“akhirnya ketawa juga ni anak”, kata Dila dalam hati.
Well, setelah itu, datanglah mempelai pria ke back stage. Tukaran cincin, kemudian menjemput mempelai wanitanya ke panggung. Dari sudut panggung, Dila menatap kedua mempelai, sambil nangis Bombay. Hahaha, autis. Alasan: tidak jelas.
Bareng Bapak, Dila naik ngasih selamat. Foto-foto. Makan. Dan jam12 lewat sedikit, Dilapun pulang tanpa pamit. Karena Jam satu Dila ada janji lain. Kalo pamit, Dila yakin pasti gak akan dikasi pulang sama keluarga Kiki.
Dan diperjalanan pulang. Bapak mulai bercuap-cuap aneh. Mungkin ada yang bisa tebak arah percakapannya. Klise banget. Hahaha.
Abis maghriban, Dila, Bapak dan Aul ke rumah Kiki lagi. Antar box putih besar yang sudah dibungkus rapi sejak kemarin.
Seperti yang sudah Dila tebak, Kiki marah karena tadi Dila pulang cepat sekali.
Azan isya berkumandang. Bapak, Aul dan tamu-tamu yang lain pamit pulang, Kak Aswar (suami Kiki) ke mesjid. Dan tinggallah Dila dan Kiki ngobrol ngalor ngidul seperti biasa. Sepulang Kak Aswar dari mesjid, Dila pun pamit pulang, Kiki menahan tidak boleh pulang dulu katanya, tapi Dila kekeuh untuk pamit pulang (tau diri switch on), takut ganggu. Hihi..
Kiki mewanti-wanti klo besok Dila harus ikut ngantar Kiki ke Pangkep (rumah orang tuanya kak Aswar)
Hari H+1. Ahad, 19 Desember 2010
Rencana awal: 12.30 wita, berangkat dari Makassar ke Pangkep.
Yang terjadi adalah, Dila dilarang ke Pangkep oleh Mama. Karena setahu Mama, resepsi pernikahan dari keluarga mempelai pria diadakan malam. Suspect Mama, Dila harus nginap kalau ikut ngantar.
Jadilah Dila tidak ikut ke Pangkep. Dan menghabiskan Ahad siang dengan shoping tidak jelas dengan adiknya, Yuyuk.
Well, sampai saat ini Dila belum menyampaikan penyesalan dan maafnya ke Kiki. Padahal dia sudah mengecewakan sahabat kecilnya itu. “Nanti kalo Kiki sudah di Makassar lagi”, kata Dila.
Ustaz Aswar (25) dan Ustazah Kiki (21), sounds good. Don’t u think so?
Khyaaa, I did NVU dear.
Kiki, terpaut 7 bulan dibawah Kiki. Bisa dibilang mereka sahabat kental. Sejak usia 4 tahun, mereka selalu bersama. SD yang sama, SMP yang sama. SMA? Beda… Banyak suka dan duka yang mereka lalui bersama. Sampai akhirnya, awal 2007 Dila mulai bekerja (baca: sok sibuk). Mereka mulai jarang bertemu. Bisa dibilang mereka hanya bertemu beberapa kali setahun, misalnya: Lebaran, Salah satu dari mereka ulang tahun, atau ada event2 tertentu. Oh iya, Ramadhan pun (ketemu di mesjid :p). Padahal rumah mereka hanya terhalang satu dinding. Anehkah? Ya, saya rasa aneh.
Kak Aswar, ups! Ustaz Aswar. Tampan wajahnya, sopan tutur katanya, soleh dan baik akhlaknya (insyaALLAH). Sejak 2004 sampai beberapa tahun seprofesi dengan kalian. Membuatku cukup mengenal kalian. Sahabatku Kiki, saya sudah merasakan ada perasaan yang tumbuh terhadapnya atasmu, sejak beberapa tahun yang lalu. Walaupun tidak ada kata-kata yang muncul dari mulutnya. Betapa dia menjaga iffahmu sebagai wanita saudariku.
Sahabatku Kiki.. Taukah kau, betapa lega hatiku saat kutahu bahwa dialah calon suamimu, yang akan mendampingimu, menjadi imam dan panutanmu kelak, yang berhak atasmu. Mengimbangi cantik paras dan akhlakmu. Kuyakin dialah lelaki pilihan ALLAH SWT untukmu. Kuyakin dia tidak akan menyia-nyiakanmu (insyaALLAH). Bersyukurlah saudariku, ALLAH SWT telah mengirimkan imam terbaik pilihan-NYA, sebagai hadiah atas perjuanganmu selama ini, menempuh berbagai gelombang dahsyat, yang kutahu susah payah untuk kau lalui.
Ku ingat tetesan air mata bahagiamu, kau bahkan tampak cantik dengan air mata itu. Ah, air mataku menetes lagi.
Barakallahulaka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khairin
“Semoga Allah memberkahi kepadamu & atasmu dan (semoga Allah) mempersatukan kamu berdua dalam kebaikan.” (H.R. Tirmidzi)
Untuk sahabatku Rezky Ayu (Kiki) Semoga Allah melimpahkan cinta-Nya atas kalian dan semoga pernikahan kalian berkah, barakallah Ukhti Fillah.